Jumat, 19 Maret 2010

Askep Penyakit Addison

Askep Penyakit Addison

by Heri Setiawan

A. Definisi Penyakit

Ø Penyakit Addison merupakan penyakit isufiensi adrenal yang mengakibatkan sindrom klinik ( Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin, 1999 ).

Ø Penyakit Addison Merupakan suatu proses patologik akibat dari isufiensi dikorteks adrenal. ( Patofisiolagi Vol 2, 2005 )

Ø Penyakit Addison Adalah Kegagalan korteks adrenal memproduksi hormon adrenokortikal yang disebabkan oleh atropi primer pada korteks adrenal akibat automunitas (www.goegle.co.id)

Ø Penyakit Addison ( insufiensi adrenokortikal ) terjadi jika adrenal yang kurang aktif menghasilkan kortikosteroid dalam jumlah yang tidak memadai (www.Medicastore.com).

B. Etiologi

Etiologi dari penyakit Addison antara lain adalah :

- Autoimmune ( Idiopatik ).

- Pengangkatan Kelenjar adrenal.

- Infeksi pada kelenjar adrenal.

- Tuberkulosis.

- Isufiensi ACTH Hipofise

( Ilmu Penyakit Dalam I edisi 3, 1996 )

C. Web Of Caution

Penyakit Addison atau isufiensi adrenokortikal terjadi bila fungsi hormone-hormon korteks adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit Addison ( stren & tuek, 1994 ). Penyebab lainnya adalah mencakup operasi pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan hitoplasma merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kelenjar adrenal, sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan isufiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal. Gejala isufiensi adrenokartikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respons normal tubuh terhadap keadaan stress dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi denganb pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 minggu – 4 minggu dapat menekan fungsi adrenal ; Oleh sebab itu, kemungkinan penyakit adddison harus diantisipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid. ( Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8,2001 )

D. Manifestasi Klinis

Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot anoreksia, gejala gastrointestinal, keluhan mudah lelah, emasiasi ( Tubuh kurus kering ); Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu jari, lutut, siku serta membran mukosa ;hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah; dan kadar kalium serum yang tinggi. Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium natrium dan kalium yang dapat ditandai oleh pengurangn natrium dan air,serta dehidrasi yang kronis dan berat. Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut akibat dari hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh sianosis, panas dan tanda-tanda syok, pucat, perasaan cemas, dennyut nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat serta tekanan darah rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare , dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegilasahan. Bahkan aktivitas jasmani ynag sedikit berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan asapan garam.( keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8, 2001 )

E. Pemerikasaan Penunjang

- Kadar kortisol dan aldosteron serum

- Kadar ACTH serum

- BUN

- Kadar glukosa darah

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan radiologi, anteriografi, sken

- Pemeriksaan Ekce

F. Penata laksanaan

Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan, melakukan terapi penggantian,kortisteroid, memantau tanda-tanda fital dan memempatkan pasien pada posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditingggikan.Hidrokortison ( Solu-cortef) disuntikkan secara intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infus dektrosa 5% dalam larutan normal salin. Preparat vasopretor amina mungkin diperlukan jika kedaan hipotensi bertahan. Anti biotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita insufiensi kronis adrenal. Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat menerimanya, secara perlahan-lahan. Pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk mencegah hipokolemia jika kelenjar adrenal tidak dapat berfungsi kembali. Pasien memerlukan terapi penggantian seumur hidup untuk mencegah timbul kembali isufiensi adrenal serta krisis adisonia pada keadaan stress atau sakit. Selain itu pasien mungnkin akan memerlukan suplemen makanan penembahan garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare. ( Keperawatan medikal Bedah II, edisi 8.2001 )

G. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian ( data focus )

a. Riwayat penyakit yang dapat menggali kemungkinan penyebab dan faktor yang mempermudah seperti operasi intra abdominal, radiasi kepala, pengangkatan hipofise atau adrenal.

b. Keluhan yang biasanya mencakup kelelahan, tetapi dan tidak mampu beraktivitas juga tidak nafsu makan, mual, muntah, diare dan nyeri abdomen.

c. Tanyakan pada klien pakah terjadi penuruanan berat badan selama enam bulan terakhir. Bagaimana masukan garamnya

d. Pada klien wanita tanyakan pola menstruasinya, pada klien pria tanyakan apakah mengeluh impotensi.

e. Tanyakan apakah klien menderita tuberculosis, karsinoma paru atau infeksi menahun kuman gram negatif, karena kesemuanya ini dapat menyebabkan hipofungsi idiopatik

f. Penggunaan obat-obatan baik masa lalu maupun sekarang seperti golongan steroid, anti kuagulan dan obat sitotoknik

g. Pemeriksaan fisik mencakup pigmentasi pada klit yang disebabkan oleh peransangan MSH akibat mekanisme kontrol hipofise yang terganggu.

h. Kerontokon rambut tubuh.

i. Banyak berkeringat, nyeri kepala, takikardia dan tremor dapat dijumpai bila klien mengalami hipoglikemia.

j. Kaji juga tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang buruk, mukosa kering dan penurunan berat badan.

k. Pengkajian psikososial : Apakah klien tampak lertagi atau apasis, bingung atau psikosa; kaji bagaimana orientasi klien terhadap orang,tempat dan waktu, keluarga mungkin akan mengeluh emosi klien labil dan sangat lemah.

l. Pemeriksaan Laboratorium Mencakup :

- Kadar kartisol dan aldosteron serum

- Kadar ACTH serum

- BUN

- Kadar glukosa darah

- Pemeriksaan urine terhadap 17 – OHC dan 17 ketosteroid.

- Pemeriksaan radiologi, anteriografi, sken-CT

- Pemeriksaan EKG ( dapat dijumpai gelombang QRS yang melebur, interval PR memanjang dan elevasi gelombang ). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem endokrin. 1999 )

2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas ( kelelehan ) berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit. ( Carpenito, Lynda Juall. 1998 )

Definisi :

Intoleransi aktifitas : Penurunan kapasitas fisiologi seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai ketingkat yang diinginkan atau diperlukan ( magnam, 1987 )

Batasan Karekteristik

- Mayor :

- Frekuensi nafas meningkat.

- Pernafasan cepat

- Nadi cepat dan lemah.

- Minor :

- Kelemahan Kelelahan.

- Pucat atau sianosis

- Kacau mental.

Faktor-faktor yang berhubungan.

- Berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme sekunder terhadap : kelainan metabolic atau endokrin.

- Situsional berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap stress.

2. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ginjal / kelenjar keringat, saluran gastrointestinal ( Carpenito, Lynda Juall, 1998 ).

Definisi

Kekurangan volume cairan : keadaan dimana seseorang yang tidak makan dan minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi vaskuler, interstisial atau intraseluler.

Batasan karekteristik.

- Mayor :

- Ketidakcukupan masukan cairan peroral.

- Tidak adanya keseimbangan antara asupan dan saluran.

- Membran mukosa / kulit kering.

- Berat badan kurang.

- Minor :

- Meningkatnya natrium darah.

- Menurunnya saluran urine atau saluran urine berlebihan.

- Sering berkemih.

- Turgor kulit menurun.

- Haus / mual/ anoreksia.

Faktor faktor yang berhubungan.

- Situsional

Berhubungan dengan muntah / mual.

Berhubungan dengan menurunnya motivasi untuk minum, sekunder terhadap keletihan dan depresi

- Berkurangnya asupan cairan yang dengan

- Mual atau anoreksia, keletihan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia ( carpenito, Lynda Juall. 1998 )

Definisi :

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh kondisi ini dilami oleh individu yang tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Batasan karakteristik

- Mayor :

Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari ynag dianjurkan sehari-hari (RDA) dengan atu tanpa terjadinya penurunan berat badan dan /atau kebutuhan metabolic aktual atau potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan terhadap berat badan.

- Minor :

- Berat badan 10%-20% dibawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh dibawah ideal.

- Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60% dari ukuran standart.

- Penurunan albumin serum.

Faktor-faktor yang berhubungan

- Patofisiologi

Berhubungan dengan muntah disengaja bahkan fisik berlebihan dari masukan kalori, atau menolak makan sekunder terhadap anoreksia.

- Situsional

Berhubungan denga menurunnya nafsu makan sekunder terhadap :

- Anoreksia

- Stress

- Mual dan muntah

4. Gangguan rasa nyaman nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan asam lambung.

Definisi :

- Perubahan kenyamanan : Suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan yang tidak nyaman dalam berespon terhadap stimulus yang berbahaya.

Batasan Karekteristik

- Mayor :

Induvidu mengatakan atau terlihat tidak nyaman

- Minor : Respon otonomi pada nyeri akut

Tekanan darah meningkat.

5. Ganguan Pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri kronis ( Carpenito, Lynda Juall, 1998 )

Definisi :

Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko mengalami istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

Batasan karakteristik

- Mayor :

- Kesulitan jatuh atau tetap tertidur.

- Minor :

- Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari.

- Agitasi

- Mengantuk sepanjang hari.

- Perubahan atau perasaan.

Faktor faktor yang berhubungan

- Patofiologis

Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi yaitu diare.

- Situsional

Berhubungan dengan nyeri.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan :

Intoleransi aktivitas ( kelelahan ) berhubungan dengan ketidakseimbangan elektronik.(Doenges,Marylin E.1999)

Tujuan :

o Menyatakan mampu untuk beristirahat,peningkatan tenaga dan penurunan rasa.

o Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan .

o Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.

Intervensi

a. Kaji / diskusikan tinggkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.

Rasional :

Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalsium.

b. Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas,observasi adanya takikardi, hipotensi dan perifer yang dingin.

Rasional :

Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stes aktifitas jika curah jantung berkurang.

c. Diskusikan kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas bersama –sama dengan pasien. Identifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan.

Rasioanal :

Aktivitas yang kurang selama menerima terapi hormon pengganti untuk memperbaiki tonus dan kekuatan otot, menurunnya kelelahan . Selain itu hal tersebut memberikan harapan bahwa kemampuan untuk melakukan aktivitas yang baik akan kembali seperti semula.

d. Sarankan pasien untuk menentukan masa / periode antara dan melakukan aktivitas.

Rasional :

Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pola jantung .

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk ikut berpartisipasi secara adekuat untuk melakukan aktifitasnya sehari hari sebagian atau seluruhnya. Tingkatkan keterlibatkan pasien sesuai kemampuan.

Rasional :

Menambahkan kenyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransinya .

2. Diagnosa keperawatan

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ginjal,kelenjar keringat. Saluran gastrointestional.

(Doenges marylin E.1999)

Tujuan

Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal) , tanda-tanda vital stabil ,tekanan nadi periver jelas, turgor kulit baik , pengertian kapiler baik dan membran mukosa lembab / basah.

Intervensi :

a. Dapatkan riwayat dari pasien atau keluarga yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul seperti contoh ; muntah, pengeluaran urine yang berlebihan

Rasional:

Membantu memperkirakan penurunan volume total cairan.

b. Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer

Rasional

Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol ,nadi mungkin melemah yang dengan mudah dapat hilang .

c. Ukur dan timbang berat badan setiap hari

Rasional

Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid.

d. Kaji pasien mengenai adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya.

Rasional

Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.

e. Auskultasi bising usus (peristaltik usus ). Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare.

Rasional :

Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolik dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi .

f. Anjurkan cairan oral diatas 3000 ml / hari segera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.

Rasional :

Adanya perbaikan pada saluran cerna dan kenbalinya fungsi saluran cerna tersebut memungkinkan untuk memberikan cairan dan elektrolit melalui oral.

g. Kolaborasi dalam memeberikan cairan 0,9% NaCI ( normal salin )

Rasional :

Pasien mungkin memerlukan cairan pengganti 4-6 liter dengan pemberian cairan NaCL 0,9 % Melalui IV Sebanyak 500 – 1000 ml/jam dapat mengatasi kekurangan natrium yang telah terjadi.

3. Diagnosa Keperawatan :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah, anoreksia.( Doenges, Marylin E. 1999)

Tujuan :

o Tidak ada mual dan muntah.

o Menunjukkan berat badan stabil atau menungkat sesuai dengan yang diharapkan nilai laboratorium normal.

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus dan kaji apakah nyeri perut mual atau muntah.

Rasional :

Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala gastrointestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi dari makanan.

b. Catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka ransang,nyeri kepala sempoyongan.

Rasional :

Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan glukokortikoid.

c. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.

Rasional :

Anoreksia, kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme oleh kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi yang serius. Perhatikan : Berat badan yang meningkat dengan cepat merupakan indikasi terjadinya retensi cairan atau pengaruh dari pemberian glukokortikoid.

d. Catat muntah mengenai jumlah kejadian, atau karekteristik lainnya.

Rasional :

Ini dapat membantu menentukan derajat kemampuan pencernaan atau absorbsi makanan.

e. Berikan informasi tentang menu pilihan.

Rasional :

Pencernaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi nafsu makan dan meningkatkan pemasukan makanan.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional :

Bermanfaat menentukan penggunaan / kebutuhan kalori dengan tepat.

g. Tingkatkan diet natrium, contoh : Daging, ikan, susu, telur.

Rasional :

Dapat menolong mencegah / memperbaiki hiponatremia.

h. Pantau Hb,Ht.

Rasional :

Anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi atau pencernaan (difusi ) yang terjadi akibat retensi cairan sehubungan pemberian glukokortikoid.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan asam lambung (Doenges, Marylin E. 1999)

Tujuan :

o Menyatakan nyeri abdomen hilang / terkontrol.

o Menunujukkan menurunya tegangan, rileks, mudah bergerak.

Intervensi :

a. Pantau / catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon hemodinamik ( contoh meringis, menangis, gelisah, berkeringat, nafas cepat,TD / frekuensi jantung berubah.

Rasional :

Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temukan pengkajian.

b. Lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.

Rasional :

Menurunkan ransangan eksternal.

c. Kolaborasi dalam pemberian analgasik.

Rasional :

Untuk mengurangi nyeri pada abdomen.

5. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri kronis ( Doenges, marylin E. 1999 )

Tujuan :

o Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.

o Kebutuhan tidur kurang lebih 7 -8 jam perhari.

o Klien tidak lesu dan tidak gelisah.

o Klien merasa nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat tidur bagi kesehatan.

Rasional :

Klien bisa mengerti manfaat tidur, sehingga termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidurnya.

b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

Rasional :

Untuk mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.

c. Kaji kebutuhan istirahat tidur pasien.

Rasional :

Mengetahui sejauh mana pasien / klien mengalami gangguan dalam pemenuhan istirahat tidur.

d. Batasi jumlah pengunjung dan ciptakan lingkungan yang aman.

Rasional :

Mendukung usaha pemenuhan istirahat tidur klien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC

Doenges, Marylin E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Rumaharbo, Hotman. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem Endokrin. Jakarta : EGC

Suddarth & Burmmer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah II Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Suparman. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi III. Jakarta : FKUI

Wilson, Loraine & Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Vol II Edisi 6. Jakarta : EGC

WWW. Medicastore. com